Cari Blog Ini

Entri Populer

Senin, 24 Januari 2011

MAKALAH TEORY BERPIKIR

MAKALAH
TEORI BERPIKIR

Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayah–Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang “ Teori Berpikir“. Makalah ini diharapkan dapat lebih membantu pemahaman mengenai mata kuliah yang bersangkutan dengan judul makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan tujuan agar lebih menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kami maupun mahasiswa / mahasiswi yang akan membaca / mempelajari tentang makalah saya ini. Serta memberi penyadaran buat pembaca bahwa Berpikir sangatlah penting untuk dipelajari dan diterapkan dalam lingkungan mahasiswa yang intelek.

Tidak pula lupa, saya ucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.

Jepara, 10 Januari 2011


Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide-ide yaitu proses simbolis contohnya. Kalau kita membayangkan suatu makanan yang tidak ada maka kita menggunakan ide (berpikir) atau simbol-simbol tertentu.

B. Tujuan Masalah
Sesuai tugas yang diberikan dosen mata kuliah psikologi umum semester satu, bahwa tujuan penulisan psikologi umum semester satu, bahwa tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas pelajaran psikologi umum serta untuk menambah nilai psikologi umum. Serta memberikan masukan kepada para mahasiswa/ mahasiswi tentang bagaimana cara (teori) berpikir.


















BAB II
PEMBAHASAN MASLAAH


PENGERTIAN BERPIKIR
A.Pengertian Berpikir
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang berpikir.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1.Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
a.Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b.Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c.Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d.Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e.Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2.Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a.Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
b.Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan:
1.Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2.Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1.Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.
2.Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.
c.Pengertian Mengingat
Mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh pengalaman masa lampau yang diingatnya.
Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.
1.Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
2.Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar bahwa kita telah mengalami sesuatu di masa yang lalu,tanpa mengenakan sesuatu itu pada indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
3.Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa anda pernah mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi apakah anda menyanyikannya kembali (reproduksi).
4.Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis.
Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama kita harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk mengingat. Untuk merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi, sedangkan untuk memperoduksi, seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena itu, seseorang perlu belajar.
Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya.
1.Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya: seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
2.Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.
3.Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja, tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
4.Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.
5.Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya, bhanyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.









BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari hasil penelitian kami yang telah diuraikan pada bab pembahasan masalah dapatlah disimpulkan hal-hal berikut:
1.Berpikir adalah seseorang yang berpikir bukan saja dengan otaknya tetapi berpengaruh juga dengan keseluruhan anggota tubuhnya.
2.Berpikir selalu berdampingan dalam mengingat suatu peristiwa/ kejadian masa lampau, yang telah terjadi pada diri kita sendiri maupun orang lain.
3.Berpikir dan mengingat yang bermanfaat maka akan menghasilakn hal yang sangat baik (positif) apabila berpikir dan mengingat yang tidak bermanfaat maka akan menghasilkan hal yang buruk (negatif)
4.Berpikir dan mengingat juga mempunyai perbedaan

B.SARAN
1.Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka telah mengetahui apa itu berpikir dan mengingat.












DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad.Drs. H. 1999. Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung: Penerbit: Pustaka Setia.

makalah ilmu pendidikan INOASI PENDIDIKAN


MAKALAH

Inovasi pendidikan
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pendidkan Oleh Dosen Pengampu
Pak Mufid M.Ag












Disusun Oleh:
  1. M. ALVIAN ALHAR
  2. M. WAHYU MUCHLIS. F
  3. MAHYA NUR HAMIDAH


INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU)JEPARA
FAKULTAS TARBIAH SEMESTER 1
2010/2011
Jln.Taman Siswa No9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427,Telp./Fax (0291)593132

PENDAHULUAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada sang revolusioner sejati, Nabi Muhammad SAW. Yang selalu kita nantikan syafa’atnya kelek dihari kiamat.
Alhamdulillah kami ucapkan atas selesainya makalah yang telah kami susun sehingga bisa kami pergunakan untuk melengkapi tugas Ilmu Pendidikan.
Kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini, karena tiada manusia yang sempurna di dunia ini. Meskipun demikian kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

PEMBAHASAN

  1. ALIRAN NATIVISME
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor – faktor yang dibawa manusia sejak lahir. Aliran ini hanya percaya pada pembawaan saja yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme pendidikan tidak dapat mengubah sifat – sifat pembawaan. Jadi, jika pendapat orang nativisme benar, maka percuma kita bersekolah dan belajar atau dengan kata lain pendidikan itu tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan hal ini disebut Pesimisme Pedagosis. Aliran nativisme merupakan salah satu aliran yang mendapat penolakan disebagian besar masyarakat. Karena untuk zaman sekarang ini pendidikan itu mutlak perlu untuk menunjang kehidupan. Tokoh nativisme, Athur Schopen Hauer (1788 – 1860) seorang filosof Jerman, ia berpendapat bahwa bayi lahir beserta pembawaannya baik ataupun buruk.
  1. ALIRAN EMPIRISME
Aliran empirisme lebih menitik beratkan pada faktor ke lingkungan. Aliran ini berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme. Karena kaum empirisme berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia –manusia dapat dididik menjadi apa saja, menjadi baik ataupun buruk, menurut kehendak lingkungan atau pendidikan. Dalam pendidikan pendapat kaum empirisme ini terkenal dengan nama Optimisme Pedagosis.
Aliran ini mendapat banyak sekali dukungan dari kaum – kaum lain. Namun pada era sekarang aliran ini tidak diakui lagi. Umumnya, orang sekarang mengakui adanya pengaruh dari keduanya, yaitu pengaruh pembawaan dan lingkungan. Karena orang – orang sekarang berpendapat, suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping itu, orang sependapat pula bahwa dalam batas –batas tertentu kita dilahirkan dengan membawa intelegensi. Kita katakan dalam batas – batas tertentu karena sepanjang pengetahuan, kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.

  1. ALIRAN KONVERGENSI
Aliran ini berasal dari seorang ahli jiwa yang berbangsa Jerman, yang bernama William Setrm. Ia berpendapat bahwa perkembangan anak (manusia) ditentukan oleh bagaimana interaksi antara pembawaan atau potensi – potensi yang dimiliki anak yang bersangkutan dan lingkungan ataupun pendidikan yang mempengaruhi anak dalam perkembangannya. Dengan kata lain, suatu perkembangan anak dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh pembawaannya dan ada yang lebih ditentukan oleh lingkungannya, bergantung kepada mana yang lebih dominan dalam interaksi keduanya.
Sementara itu, kita belum puas pula atas jawaban dari aliran konvergensi, yang mengatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh 2 faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan namun jika kita renungkan benar – benar. Tidak patutlah kiranya hal itu di peruntukkan oleh manusia. Mungkin kata – kata itu lebih tepat jika kita katakan terhadap perkembangan hewan dari pada terhadap manusia.
Hewan memanglah hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Hewan hanya terserah pada pembawaan dan pengaruh lingkungannya saja. Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh kodrat, oleh hukum – hukum alam.
Tetapi perkembangan pada manusia tidak hanya dari pembawaan atau lingkungan. Manusia tidak hanya diperkembangkan, tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan suatu yang mengenai dirinya dengan bebas. Karena itulah, ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya, ia dapat juga mengambil keputusan yang lain dari apa yang pernah diambilnya. Aktivitas itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranannya. Tiap – tiap sifat dan ciri – ciri manusia daalm perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh pembawaannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh lingkungannya. Dan rumusan tersebut jelaslah bahwa tidak perlu mempersoalkan manakah yang lebih kuat atau lebih menentukan diantara pembawaan dan lingkungan terhadap perkembangan manusia.


KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
Konsep pendidikan Islam adalah berasaskan kepada keseimbangan dan interaksi antara
roh,akal dan jasad. Ia penting bagi menggunakan seluruh potensi fitrah manusia agar dapat
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Perkembangan seluruh potensi
fitrah diri akan mewujudkan keseimbangan dalam diri manusia dan dalam realiti kehidupan
manusia. Konsep ini adalah berbeda dengan konsep pendidikan sekularisme yang memberi
perhatian terhadap aspek akal dan jasad semata-mata. Malahan falsafah pendidikannya lebih
menekankan suatu aspek tertentu sifat manusia yang diambil sebagai unut keseluruhannya,
mungkin ia hanya aspek sosial, kebendaan, individu, biologi atau psikologi. Justru itu, ia
membentuk teori pendidikan yang tidak memberi perhatian kepada keesaan dan watak
komprehensif sifat manusia. Hal inilah yang menyebabkan berlakunya krisis nilai dalam
pendidikan sekular.
Konsep pendidikan Islam adalah melibatkan pendidikan sepanjang usia sebagaimana
Nabi Muhammad S.A.W pernah bersabda : “tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad”.
Puncak prosesnya ialah kesatuan pengetahuan dengan tindakan, tetapi jika berlaku pemisahan
antara kedua-duanya akan mewujudkan masakah kepada individu dan masyarakat. Selain itu,
pendidikan Islam memberikan kebebasan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi semua
lelaki dan perempuan tanpa mengira golongan, warna dan kekayaan. Setiap individu
menyumbangkan bahagiannya kapada aliran ilmu pengetahuan manusia yang semakin luas dan
maju. Akhir sekali, Islam melihat pendidikan sebagai proses sarwajagat yang mesti dibiarkan
mengalir tanpa sekatan oleh batasan geografi.
Konsep pengetahuan dalam pendidikan Islam adalah mengetahui segala sesuatu dengan
pengetahuan yang pasti kerana lebih tinggi darjatnya daripada sekadar mempunyai fikiran sahaja.
Fikiran hanyalah mengulangi sesuatu yang dihafal sehingga menjadikan tidak terlalu jelas, tidak
menyeluruh dan tidak tetap. Kadangkala fikiran tunduk pada kelemahan kemahuan manusia yang
boleh membawa ketidakbenaran. Prinsip ini dapat disimpulkan bahawa teori pengetahuan dalam
falsafah Islam berada di tengah-tengah mazhab realisme dan mazhab idealisme.
Semulia-mulia pengetahuan dalam Islam adalah pengetahuan yang mentauhidkan Allah
Ta’ala. Pengetahuan tersebut goleh dicapai sekiranya manusia menggunakan pengetahuan lain
serta mengaitkannya dengan akal dan perasaan. Punca-punca pengetahuan adalah hasil daripada
deria, pengalaman, akal, intuisi, ilham dan wahyu. Dr. Said Ismail Ali berpendapat, terdapat
enam puncak pendidikan Islam iaitu Al-quran,hadith, sahabat-sahabat Rasulallah S.A.W,
permasalahan sosial, adapt istiadat dan etika masyarakat ( sejarah ), dan pemikir-pemikir Islam.
Semua pengetahuan dalam Islam boleh didasarkan pada tuntutan fardhu ain dan fardhu kifayah.
Ini bermaksud bahawa Islam menghormati segala puncak yang membawa kepada pengetahuan
untuk memenuhi fungsinnya dalam pendidikan. Asma Hasan Fahmi telah membuat ulasan
tentang fungsi ilmu dalam Pendidikan Islam nerdasarkan Al-Quran dan beberapa ahli falsafah
pendidikan seperti Ibn Khaldun, Imam Al-Ghazali, Plato dan golongan Ikhwanusafa. Beliau
merumuskan bahawa fungsi pendidikan bukan sahaja untuk melaksanakan tujuan pendidikan,
tetapi yang lebih penting ialah pelaksanaan ilmu pengetahuan secara praktikal. Islam juga
memandang tinggi dan menghormati orang yang berilmu sebagaimana firman Allah Ta’ala yang
bermaksud “Allah akan meninggikan orang yang beriman antara kamu dan orang yang berilmu beberapa darjat.”
Konsep pengetahuan dalam Islam tersebut berbeda dengan pendekatan sekularisme.
Pendidikan sekuler hanya mendewa-dewakan soal keduniaan saja dan mengenepikan sama sekali
soal yang berkaitan de
ngan agama. Jika ada pun pengetahuan agama hanya dihuraikan mengikut
cara yang sama dengan pengetahuan bukan agama. Pendekatan ilmunya boleh dikatakan bersifat
skeptikal yaitu mempersoalkan kebenaran sesuatu terhadap pengetahuan dan menegaskan aspek
rasional manusia sahaja. Oleh itu, masyarakat yang ingin dilahirkan melalui pendidikan sekular
adalah bersifat pragmatisme.
Pada hakikatnya, Islam tidak dapat menerima konsep pengetahuan dalam pendidikan
sekular kerana menyalahi dari pada sifat semula manusia. Semua kandungan yang terdapat
dalam pendidikan Islam adalah untuk membentuk masyarakat yang sempurna dengan
mengabdikan diri kepada Allah. Hal inilah yang hendak diserapkan dan disampaikan di semua
institusi pendidikan islam berbentuk formal atau tidak formal.
Tujuan akhir pendidikan Islam ialah perwujudan diri yaitu berusaha
meningkatkan jiwa atau roh supaya sampai ke alam malakutagar ia dapat berhubung dengan
Penciptanya yaitu Allah Ta’ala. Tujuan perwujudan diri ialah untuk perkembangan menyeluruh
personality manusia dalam aspek-aspek rohaniah, psikologikal, intelektual dan jasmaniah.
Pelaksanaan tujuan akhir tidak terhad kepada institusi-institusi khas seperti sekolah, pondok dan
masjid, tetapi juga dilaksanakan di semua institusi masyarakat seperti akhbar, radio,
perpustakaan dan sebagainya. Ini akan mengimbangi kehidupan di dunia dan di akhirat.
Tujuan telah dikemukan oleh para penyelidik untuk menentukannya dengan
disesuaikan mengikut fahaman daripada nas-nas Al-Quran dan hadis, dan daripada sejarah
pemikiran dan pendidikan Islam. Antara penyelidik yang membuat kesimpulan tujuan ialah
Al-Abrashi, Nahlawi, Al-Jammali dan beberapa penyelidik moden dalam bidang pendidikan.
Melalui penyelidikan mereka, dapat disimpulkan lima tujuan pendidikan Islam iaitu :
1) Untuk mendapat keridhaan Allah dengan menjauhi kemurkaan dan siksaan-Nya serta mengabdikan diri tulus kepada-Nya. Tujuan ini dianggap sebagai induk daripada semua tujuan pendidikan Islam.
2) Untuk membentuk akhlak yang mulia. Pendidikan akhlak ini adalah intipati pendidikan
Islam dan menjadi tujuan sebenar pendidikan.

3) Mempekenalkan kepada manusia tentang ubungan sosial dan tanggungjawab dalam
rangka suatu sistem sosial.

4) Meningkatkan semangat ilmiah dan memperlengkapkan ilmu pengetahuan dalam
berbagai bidang supaya dapat menguasai hidup.

5) Persiapan untuk kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat.
Maksud tujuan khas ialah perubahan-perubahan yang diingini melalui proses pendidikan seperti gabungan pengetahuan, kemahiran, pola-pola tingakhlaku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan akhir dan tujuan pendidikan. 

 
KESIMPULAN


Aliran Nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir. Sedangkan Aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan anak menjadi manusia dewasa ituditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Dan Aliran Konvergensi berpendapat bahwa suatu perkembangan anak dalam perkembangannya ditentukan oleh lingkungannya,bergantung pada mana yang lebih dominan dalam ineraksi keduanya.
Konsep pendidikan islam adalah berdasarkan kepada keseimbangan dan interaksi antara roh,akal,dan jasad. Konsep pengetahuan islam adalah mengetahui segala sesuatu dengan pengetahuan yang pasti karena lebih tinggi derajatnya dari pada sekedar mempunyai fikiran saja.


PENUTUP


Demikianlah makalah ini kami susun, tentunya masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini, semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA





Purwanto,Ngalim.1985.Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.Bandung:PT REMAJA Rosdakarya